Pernah
dengarkah Anda orang yang berkepribadian histrionik itu seperti apa? Mungkin
Anda ada yang bertanya apakah itu? Kepribadian histrionik mungkin pernah anda
jumpai. Namun mungkin Anda yang belum tahu seperti apa kepribadian histrionik.
Banyak yang mengatakan histrionik seperti orang yang histeris, sebenarnya bukan
seperti itu. Bahkan ada yang mengatakan orang yang berpakaian terlalu mencolok,
norak, atau sebagainya.
Tidak
semua orang yang mengenakan pakaian mencolok, norak, atau flamboyan memiliki
kerpibadian histrionik. Ciri kepribadian lain apa yang menandai orang dengan
gangguan kepribadian histrionik?
Memang,
istilah histrionik bukanlah istilah yang sering digunakan. Istilah yang lebih
sering digunakan untuk menjelaskan orang dengan gangguan kepribadian histrionik
adalah ‘histeris’ atau ‘narsis.’
Gangguan
kepribadian histrionik ini biasanya melibatkan emosi yang berlebihan dan
kebutuhan yang besar untuk menjadi pusat perhatian. Orang dalam gangguan ini
cenderung dramatis dan emosional, dibesar-besarkan dan mudah berubah-ubah
perasaannya. Mereka bisa merasa kecewa karena kabar mengenai suatu kejadian
yang menyedihkan dan membatalkan janji untuk sore hari, membuat teman-teman di
sekitarnya merasa tidak nyaman. Mereka dapat menunjukkan keriangan yang
berlebihan saat bertemu dengan seseorang atau menjadi sangat marah saat
seseorang tidak menyadari gaya rambut atau sepatu mereka yang baru.
Menurut
DSM-IV-TR (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders) dari American
Psychiatric Association (APA), orang dengan gangguan kepribadian histrionik
memiliki kebutuhan yang besar dalam mencari perhatian. Hal ini bermula pada masa
dewasa awal dan muncul di berbagai macam konteks. Mereka cenderung menuntut
orang lain memenuhi kebutuhan mereka akan perhatian dan berperan sebagai korban
saat orang lain mengecewakan mereka.
Dalam
berinteraksi dengan orang lain sering kali berperilaku menggoda atau provokatif
secara seksual, yang tidak pada tempatnya. Mereka
biasanya memperlihatkan ekspresi emosi berubah-rubah dengan cepat. Seperti,
jika riang gembira dan mendapat berita buruk, mereka akan dengan cepat menangis
atau marah. Membuat teman di sekitarnya tidak nyaman dalam perubahan emosinya.
Mereka
secara konsisten menggunakan penampilan fisik untuk menarik perhatian. Mereka
terlalu peduli dengan penampilan dalam menarik perhatian orang lain. Biasanya
dapat menghabiskan jumlah uang, waktu, atau tenaga untuk pakaian dan perawatan.
Mereka
ingin mendapatkan pujian tentang penampilan dan akan marah jika kita mengkritik
penampilan mereka baik foto maupun penampilan saat itu yang kita lihat, mereka
akan merasa tidak nyaman dan mencoba untuk membuat mereka diperhatikan dengan
cara yang berbeda.
Gaya
berbicara terlalu impresionistik dan kurang detail. Mereka akan berkomentar
individu tertentu adalah manusia yang indah, namun mereka tidak dapat memberi
contoh specific dari kualitas yang baik untuk mendukung pendapat mereka ini.
Mereka hanya dapat memberikan komentar atau membicarakan hal global tapi tidak
dapat menggambarkan dengan jelas tentang apa yang mereka bicarakan.
Mudah
dipengaruhi orang lain atau keadaan. Pendapat maupun perasaan mereka mudah
dipengaruhi orang lain atau kondisi saat itu. Mereka mudah terlalu percaya,
terutama dari orang-orang yang menurut mereka sebagai orang yang dapat
memecahkan masalah atau orang-orang yang dekat. Mungkin jika kita pernah
melihat terkadang di lingkungan kita ada seseorang yang terlalu mudah percaya
kepada orang terdekat dan dengan mudah meyakini tanpa melihat kenyataannya,
terkadang mereka mengutamakan feeling atau firasat.
Menggangap
hubungannya lebih intim dibanding kenyataan. Mereka dengan mudah menggunakan
kata sayang, baik kepada orang spesial maupun teman. Setiap kenalan yang mereka
miliki sering digambarkan seolah-olah memiliki ikatan erat dan spesial, namun
pada kenyataannya tidak.
Faktor
penyebab utama gangguan ini tidak diketahui pasti, namun diduga faktor penyebab
utama adalah pengalaman masa anak-anak, faktor genetik, dan lingkungan
adaptasi. Pengalaman masa lalu yang suram termasuk pengalaman masa anak-anak
yang kurang mendapat perhatian dari orang tua menjadi salah satu pemicu
terjadinya gangguan ini. Perilaku orang tua yang memanjakan anak dan
berkelanjutan sampai menginjak dewasa merupakan hal yang dapat membuat anak
menjadi penderita gangguan kepribadian histrionik.
Namun
ada yang mengatakan Culture-Related Diagnostic Issues, di mana norma-norma
untuk perilaku interpersonal, penampilan, dan ekspresi emosional bervariasi di
seluruh budaya, jenis kelamin, dan usia. Sebelum mempertimbangkan hal tersebut,
perlu melakukan evalusi, apakah hal itu signifikan atau tidak. Sebagai contoh,
beberapa peneliti harapkan untuk menemukan gangguan ini lebih sering antar
budaya yang cenderung menampilkan nilai tanpa hambatan emosi.
Ada
yang mengatakan Gender-Related Diagnostic Issues, dalam bidang klinis, gangguan
ini telah didiagnosis lebih sering pada wanita, namun rasio perbandingan antara
pria dan wanita tidak berbeda secara signifikan. Meskipun perbedaan jenis
kelamin yang mungkin sangat kontroversial, namun dari kontroversi ini menghasilkan
bahwa sebagian besar jumlah ciri-ciri yang terjadi lebih sering pada wanita
yang termasuk ke dalam kriteria diagnostik. Untuk gangguan kepribadian
histerionik, ini mencakup lebih dari dramatisasi, kesombongan, tipu, dan
memusatkan pada penampilan fisik, yang secara otomatis meningkatkan kemungkinan
bahwa perempuan akan didiagnosis lebih banyak menderita gangguan penyakit ini.
Berdasarakan
Humanistic Perspective penderita gangguan kepribadian histrionik memiliki
self-esteem yang rendah dan sedang berjuang untuk memberi kesan pada orang lain
dengan tujuan meningkatkan self-worth mereka. Adapun secara Interpersonal
Perpective penderita gangguan kepribadian histrionik dapat berbuat apa saja
agar mendapat perhatian sekelilingnya. Walaupun begitu, ia tidak dapat menjalin
relasi mendalam dengan lingkungannya.
Berdasarkan
Psikodinamik, para ahli psikodinamika melihat gangguan ini sebagai hasil dari
kebutuhan-kebutuhan akan ketergantungan sangat mendalam dan merupakan represi
dari emosi, hambatan dari resolusi setiap tahapan oral atau oedipal. Pencarian
atensi berasal dari kebutuhan untuk mendapatkan persetujuan orang lain.
Kadangkala berpikir dan kadangkala keterlibatan emosi dengan orang lain
menggambarkan orang histrionic yang merepresi kebutuhan dan perasaannya
sendiri.
Berdasarkan
Behavioral, orang dengan gangguaan ini biasanya berasal dari keluarga yang
memanjakan dan membiarkan sifat manjanya hingga dewasa. Hal ini menjadi suatu
pembiasaan sehingga terbentuk karakter yang menetap mengenai sifat manja dan
selalu ingin menjadi pusat perhatian. Selain itu, biasanya, dalam keluarga tabu
untuk mendidik atau mengenalkan masalah sex. Selain itu, ada pendapat lain
yaitu ketika masa kanak mengalami hubungan dengan orang tua yang tidak harmonis
sehingga kehilangan rasa cinta. Lalu untuk mempertahankan ketakutan akan
kehilangan yang sangat, dia bereaksi secara dramatis.
Berdasarkan
Cognitive, para ahli kognitif berpendapat bahwa asumsi dasar yang mengarahkan
orang-orang bertingkah laku histrionik adalah “aku tidak cukup dan tidak mampu
menangani hidup dengan caraku sendiri”. Meskipun asumsi ini dipakai untuk
orang-orang dengan gangguan lain, secara khusus yang mengalami depresi dan
orang-orang histrionik merespon asumsi ini secara lebih berbeda dibandingkan
dengan gangguan yang lain. Secara khusus, orang histrionik bekerja untuk
mendapat kepedulian dari orang lain atas dirinya dengan mencari perhatian dan
dukungan dari mereka.
Hal
yang dapat dilakukan untuk penyembuhan penderita gangguan kepribadian
histrionik adalah kombinasi antara pengobatan medical dan psikoterapi. Tidak
ada obat secara langsung yang dapat menyembuhkan gangguan kepribadian ini,
dokter akan memberikan jenis obat-obatan bila individu yang bersangkutan
mengalami gangguan kecemasan atau gangguan mood seperti depresi. Berikut adalah
beberapa obat yang dapat diberikan kepada penderita gangguang kepribadian
histrionik dan harus berdasarkan resep dan pengawasan dokter : Antidepressant,
Dokter menganjurkan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs), seperti
fluoxetine (Prozac, Sarafem), sertraline (Zoloft), paroxetine (Paxil),
nefazodone atau jenis antidepressant lainnya untuk gangguan kepribadian yang
disertai dengan kecemasan dan depresi.
Anticonvulsants,
jenis obat ini untuk mengurangi tingkat agresifitas dan perilaku impulsif.
Jenis yang dianjurkan adalah carbamazepine (Carbatrol, Tegretol) atau asam
valproik (Depakote). Selain itu juga topiramate (Topamax), jenis anticonvulsant
ini dianggap lebih efektif dalam menangani permasalahan perilaku impuls yang
tidak terkontrol. Antipsychotics,
penderita gangguan kepribadian ambang dan schizotypal beresiko kehilangan dunia
nyata, obat antipsychotic seperti risperidone (Risperdal) dan olanzapine
(Zyprexa) dapat membantu menghentikan pikiran-pikiran yang menyimpang. Untuk
gangguan perilaku kadang juga diberikan haloperidol (Haldol).
Dalam
psikoterapi, terapis harus dapat memilih terapi yang tepat untuk gangguan
kepribadian histrionik. Penghalang utama dalam melakukan psikoterpai pada
penderita ganggaun kepribadian ini adalah sifat tertutup si penderita bahkan
terkadang adanya rasa tidak suka pada terapis keberhasilan dari penyembuhan ini
sangat bergantung kepada motivasi penderita secara pribadi. Berikut adalah
beberapa psikoterapi yang dapat diberikan kepada penderita gangguan kepribadian
histrionik :
Berdasarkan
Psikodinamika, pada pendekatan ini terapis akan membicarakan kondisi pasien dan
beberapa hal mengenai isu-isu mengenai kesehatan mental secara professional.
Dalam psikoterapi ini diharapkan dapat menangani berbagai permasalahan yang
dihadapi penderita, belajar hidup secara sehat, dan bagaimana bereaksi secara
tepat terhadap berbagai problem dalam kehidupan sosial. Metode pelaksanaan
dapat dilakukan secara individu, kelompok atau keluarga. Sedangkan Cognitive
Behavior Therapy (CBT), bentuk terapi dalam CBT melibatkan pelatihan ulang
terhadap pemikiran dan cara pandang terhadap permasalahan-permasalahan yang
muncul, termasuk di dalamanya pengontrolan emosi dan perilaku.
Adapun
Dialectical Behavior Therapy (DBT), dalam terapi ini penderita gangguan
kepribadian histrionik belajar mengontrol perilaku dan emosi dengan teknik
kesadaran penuh, pasien dibantu untuk mengenal berbagai emosinya tanpa perlu
bereaksi (mengontrol perilakunya). Target yang ingin dicapai dalam terapi ini
adalah penyesuaian berbagai masalah yang sedang dihadapi si penderita dengan
pengambilan keputusan yang tepat. Hal lain yang didapat si penderita dalam
terapi ini adalah pemusatan kosentrasi, hubungan interpersonal (ketrampilan
sosial), dan mengatur reaksi emosi secara tepat. Ataupun Familly Therapy,
terapi keluarga dilakukan dengan cara melatih anggota keluarga untuk lebih
menghargai individu, meningkatkan komunikasi dan penyelesaian masalah secara
bersama-sama dan saling mendukung. Anggota keluarga akan dilatih terlebih
dahulu untuk bersikap dan berperilaku yang mendukung penyembuhan si penderita
gangguan kepribadian histrionik. Terapi ini dianggap lebih baik karena proses
terapi berlangsung setiap saat. Terapi keluarga juga dapat dilakukan oleh
pasangan individu (couples therapy).
Meskipun
telah banyak yang dituliskan tentang cara-cara untuk membantu penderita
gangguan ini, masih sedikit peneliti yang memperlihatkan kesuksesannya.
Beberapa penanganan terapis telah mencoba, memodifikasi perilaku mencari
perhatian mereka. Kass, Silver dan Abrams menangani lima perempuan, empat
diantaranya dirawat di rumah sakit karena mencoba bunuh diri dan semuanya
didiagnosis dengan gangguan ini. Para perempuan itu diberi reward untuk
interaksi yang baik dan harus membayar semacam denda untuk perilaku mencari
perhatian yang diperlihatkannya. Para terapis itu mencatat perbaikan yang
tampak setelah follow up selama 18 bulan, tetapi mereka tidak mengumpulkan data
ilmiah untuk menguatkan observasi tersebut.
Sebagian
besar terapis untuk indidivu-individu dengan gangguan ini difokuskan pada
hubungan interpersonalnya yang bermasalah. Mereka sering memanipulasi orang
lain melalui krisis emosional, menggunakan pesona, seks, sikap menggoda dan
berbagai macam keluhan. Penderita gangguan ini sering perlu ditunjukkan
bagaimana hasil jangka pendek dari gaya interaksi semacam itu dapat menimbulkan
pengorbanan jangka panjang. Mereka juga perlu diajari tentang cara-cara yang
lebih baik untuk menegosiasikan keinginan dan kebutuhannya.
Bagaimana
cara pencegahannya mungkin masih belum pasti namun agar seseorang tidak
mengalami gangguan ini dapat kita rancang suatu cara untuk mendorong mereka,
antara lain dalam psikososialan. Seperti kognitif dan pengalaman masalalu yang
suram menjadi salah satu pemicu lahirnya gangguan ini. Lingkungan termasuk
pengalaman masa kanak-kanak yang merugikan termasuk kurangnya perhatian orang
tua. Sehingga lingkungan dan orang tua sangat berpengaruh untuk seseorang
menjadi gangguan ini jika tidak memberikan dorongan atau motivasi yang dapat
membangun mereka menjadi lebih baik dan menilai diri mereka positif.
Sosiokultural,
Studi budaya tertentu dengan tingkat tinggi HPD menunjukkan penyebab sosial dan
budaya HPD. Sebagai contoh, beberapa peneliti harapkan untuk menemukan gangguan
ini lebih sering antar budaya yang cenderung menampilkan nilai tanpa hambatan
emosi. Biologi,
secara genetis, kemungkinan bawah ciri-ciri karakter mayornya merupakan sifat
yang diturunkan. Sedangkan ciri-ciri karakter lainnya disebabkan oleh kombinasi
fenotip dari genetika dan lingkungan, termasuk pengalaman di masa kecil.
Salah
satu contoh nyata dari gangguan kepribadian antisosial adalah kasus Lynnette.
Lynnette adalah seorang guru SMA 44 tahun yang terkenal karena perilaku aneh
dan genit yang tidak pantas. Beberapa murid-muridnya telah mengeluh kepada
kepala sekolah tentang perilaku menggoda dirinya selama pertemuan individu. Dia
sering menyapa siswa dengan kehangatan yang luar biasa dan perhatian jelas atas
kesejahteraan mereka, yang menyebabkan beberapa untuk menemukannya menarik dan
menarik pada awalnya, namun mereka selalu menjadi kecewa ketika mereka
menyadari betapa dangkal dia. Untuk rekan-rekannya, ia menyombongkan prestasi kecil
seolah-olah mereka adalah kemenangan besar, namun jika dia gagal untuk mencapai
tujuan yang diinginkan, dia merajuk dan terurai menjadi air mata.
Dia
begitu putus asa untuk persetujuan orang lain bahwa dia akan mengubah ceritanya
sesuai dengan siapa dia berbicara pada saat itu. Karena dia selalu menciptakan
krisis dan tidak pernah membalasnya perhatian orang lain, orang telah menjadi
kebal dan tidak responsif terhadap permintaan nya sering untuk meminta bantuan
dan perhatian.
0 komentar:
Posting Komentar