Peta Wilayah Kediri |
Pada
saat itu, senja kala melanda bumi Majapahit. Perang saudara mengakibatkan
Majapahit menjadi sebuah kerajaan yang pesakitan dan tidak punya wibawa lagi di
negeri-negeri bawahannya. Melihat Majapahit yang semakin keropos ini, Adipati
Kediri saat itu merasa bahwa inilah saatnya bagi Kediri sebagai kerajaan yang
lebih tua dan keturunan syah dari Prabu Airlangga untuk mengambil alih
kekuasaan dari Majapahit.
Akan
tetapi, meskipun keadaan Majapahit saat itu sudah semakin lemah namun Majapahit
masih terlalu kuat untuk dihadapi oleh Kediri seorang diri. Apalagi Kediri
masih ragu apakah orang-orang di pesisir utara Jawa seperti Gresik, Lamongan,
Tuban dan Surabaya yang telah banyak menganut Islam itu nantinya akan mendukung
siapa, sedangkan merekalah saat itu yang mengatur urat nadi perdagangan di
Nusantara, sehingga peran mereka nantinya tidak bisa disepelehkan.
Oleh
karena itu maka Adipati Kediri berpikir bagaimana caranya untuk bisa menjalin
koalisi dengan wilayah-wilayah yang ada di pesisir utara Jawa. Sampai suatu
ketika dia mendengar kabar bahwa Bupati Lamongan saat itu, mempunyai dua orang
putra kembar yang bernama Panji Laras dan Panji Liris. Karena diapun mempunyai
dua orang putri kembar yang bernama Dewi Andansari dan Dewi Andanwangi, maka
dia berniat menikahkan kedua putri kembarnya dengan kedua putra kembar Bupati
Lamongan sekaligus sebagai langkah awal untuk melakukan koalisi, sehingga bila
dia bisa melakukan koalisi dengan Lamongan maka Majapahit bisa dikepung dari
dua arah yaitu Kediri di Selatan dan Lamongan di Utara.
Mengetahui
niat dari Adipati Kediri tersebut, Bupati Lamongan merasa bimbang antara mau
menerima ataukah menolak rencana koalisi berbalut pernikahan tersebut. Bila dia
menerimanya, dia takut dengan pembalasan Majapahit jika rencana kudetanya
dengan Kediri terhadap Majapahit itu gagal. Namun bila dia menolak dan kemudian
Kediri berhasil menggulingkan Majapahit, maka Kediri pastinya juga akan
membalas atas penolakannya tersebut. Disamping itu bila sampai terjadi perang
saudara lagi, maka ekonomi dan perdagangan yang saat itu dikuasai oleh
orang-orang pesisir utara Jawa nantinya pasti akan terganggu.
Memikirkan
hal tersebut maka dia menjadi bingung dan memutuskan untuk menguji kesungguhan
dari Adipati Kediri. Karenanya dalam rencana pernikahan politis tersebut Bupati
Lamongan mengajukan tiga syarat yaitu. Pertama, Dewi Andansari dan Dewi
Andanwangi harus mau memeluk Islam. Kedua, pihak keluarga mempelai wanita lah
yang harus datang melamar kepada pihak keluarga mempelai pria. Ketiga, nantinya
pihak mempelai perempuan harus datang dengan membawa hadiah berupa gentong air
dan alas tikar yang kedua-duanya harus terbuat dari batu.
Mendengar
syarat-syarat tersebut, ternyata Adipati Kediri masih bersedia untuk
memenuhinya dan menyuruh kedua putrinya untuk datang melamar ke Lamongan,
sehingga mau tak mau Bupati Lamongan akhirnya bersedia untuk melaksanakan pernikahan
tersebut.
Tiba
pada harinya, Dewi Andansari dan Dewi Andanwangi diiringi dengan rombongan
besar orang-orang Kediri datang ke Lamongan. Panji Laras dan Panji Liris di
temani Ki Patih Mbah Sabilan diperintahkan oleh ayahnya untuk menjemput kedua putri
Kediri tersebut di batas Kota Lamongan.
Pada
saat itu Lamongan sedang mengalami bencana banjir, sehingga mau tak mau Dewi
Andansari dan Dewi Andanwangi mengangkat kainnya sampai ke paha agar kainnya
tersebut tidak basah. Celakanya, karena hal itu Panji Laras dan Panji Liris
bisa melihat bahwa ternyata kaki Dewi Andansari dan Dewi Andanwangi ternyata
berbulu lebat seperti bulu kuda. Sehingga Panji Laras dan Panji Liris menolak
untuk menikahi Dewi Andansari dan Dewi Andanwangi serta meminta agar rencana
pernikahan tersebut dibatalkan saja.
Mendengar
hal tersebut sontak Dewi Andansari dan Dewi Andanwangi merasa terhina dan malu
sehingga mereka melakukan bunuh diri saat itu juga dihadapan Panji Laras dan
Panji Liris. Melihat junjungan mereka dihina dan dipermalukan sehingga sampai
bunuh diri, orang-orang Kediri itu akhirnya menjadi sangat marah dan ingin
membunuh Panji Laras dan Panji Liris, sehingga perang pun tak bisa terhindarkan
lagi.
Melihat
nyawa Panji Laras dan Panji Liris dalam bahaya, maka Ki Patih Mbah Sabilan
berjuang mati-matian untuk melindungi mereka, sehingga akhirnya Ki Patih Mbah
Sabilan harus tewas dalam rangka melindungi nyawa Panji Laras dan Panji Liris.
Setelah patihnya tewas, orang-orang Lamongan pun semakin terdesak dan akhirnya
Panji Laras dan Panji Liris pun ikut tewas tanpa diketahui jenazahnya.
Tidak
puas hanya menewaskan Ki Patih Mbah Sabilan serta Panji Laras dan Panji Liris,
orang-orang Kediri itu pun semakin merangsek maju bahkan sampai ke pendopo
kadipaten. Dalam pertempuran di pendopo kadipaten tersebut, Bupati Lamongan
ikut gugur. Namun sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir, Bupati Lamongan
sempat berpesan agar nanti anak cucunya tidak boleh menikah dengan orang
Kediri.
0 komentar:
Posting Komentar