Kehidupan wanita ini
setiap harinya diliputi ketakutan. Dia khawatir suatu saat persembunyiannya di
Korea Selatan diketahui oleh para agen intelijen Korea Utara. Jika tertangkap,
riwayatnya dan keluarganya bisa tamat.
Dari suatu tempat di
Korsel, Kim Hyun-hee, mengatakan bahwa dia menjadi incaran lantaran
pemerintahan Korut khawatir rahasia intelijen dan mata-mata mereka bocor. Kim
adalah agen yang telah meledakkan pesawat maskapai Korsel KAL 858, menewaskan
115 orang penumpang tahun 1987.
Kepada Daily Mail, Rabu
10 April 2013, Kim mengatakan bahwa saat itu dia menjalankan misi bersama
mata-mata senior Korut Kim Seung-il, yang berperan sebagai ayahnya. Mereka naik
pesawat tersebut dari Eropa menuju Bahrain. Saat itu usianya baru 25 tahun.
Mereka turun pesawat
setelah sebelumnya menanam bom dalam radio yang disembunyikan di rak kabin. Bom
tersebut menewaskan 115 orang penumpang dan awak pesawat. Di Bahrain, mereka
tertangkap karena memiliki paspor palsu. Dalam penyelidikan selanjutnya, diketahui
keduanya adalah pelaku pengeboman KAL 858.
Saat tertangkap,
keduanya mencoba bunuh diri. "Ayah" palsunya tewas setelah menenggak
pil racun sianida, namun Kim berhasil diselamatkan dan diterbangkan ke Korea
Selatan. Saat dalam perjalanan
itulah, dia sadar telah dicuci otaknya oleh pemerintahan Korut.
Tiba di Seoul dia kaget
saat melihat kota yang berbeda dengan apa yang diceritakannya selama ini. Dalam
propaganda Korut, Seoul adalah kota setan yang penuh kekacauan. "Saya mendengarkan
para agen berbicara sangat bebas. Ini berbeda dengan apa yang saya dapat di
Korut. Saya sadar telah membunuh nyawa tidak berdoa dan akan menerima hukuman
mati," kata Kim.
Di luar dugaan,
pengadilan Seoul memaafkan dia karena menganggapnya telah dicuci otak. Akhirnya
dia hidup di Korsel, telah berkeluarga dan memiliki dua anak.
Dididik Sejak Kecil
Kim mengaku telah
dididik menjadi mata-mata sejak kecil. Kala itu, wanita yang dijuluki Mata
Hari-nya Korut ini dipilih karena berparas cantik. Dia ingat betul saat itu
dijemput saat sedang sekolah. "Suatu hari sedan
hitam muncul di sekolah saya. Mereka dari Partai Pusat dan bilang kalau saya
terpilih. Saya bahkan tidak diberi waktu untuk mengucapkan perpisahan pada
teman-teman saya. Saya hanya diberi semalam untuk bertemu keluarga saya,"
kata dia.
Tahun 1980, dia
menjalani latihan mata-mata di sebuah pegunungan terpencil. Di tempat ini, dia
diajarkan ilmu bela diri dan menggunakan senjata. Di otaknya, ditanamkan paham
kebencian pada Korsel dan menjunjung tinggi pemimpin Kim Il-sung.
"Saya diajarkan,
Kim Il-sung itu adalah tuhan. Kami diajarkan untuk mengedepankannya dibanding
orangtua," kata dia.
"Kita juga harus
berterima kasih pada dia untuk semuanya. Jika kau berkata salah, bahkan jika
tidak sengaja, kau akan dipenjara. Korea Utara bukan negara, tapi sekte
pemujaan," lanjutnya lagi.
0 komentar:
Posting Komentar