Federasi
Otomotif Dunia (FIA) telah mengumumkan perubahan spesifikasi
mesin dari V8 kapasitas 2,4 liter menjadi mesin V6 1,6 liter yang dilengkapi turbocharge dan
sistem pemulihan energi. Selain itu, konsumsi bahan bakar akan dibatasi menjadi
lebih rendah, begitupula dengan putaran yang dibatasi hingga 15000
RPM.Penyesuaian yang dibuat untuk beradaptasi dengan tuntutan dunia otomotif
saat ini, yakni mesin yang lebih ramah lingkungan dan hemat energi, membuat
pengamat, penggemar maupun praktisi olahraga ini mengkhawatirkan penurunan
kualitas balapan.
Salah
satu aspek yang dikhawatirkan banyak pihak adalah pembatasan konsumsi bahan
bakar akan membuat pebalap menjadi lebih berhati-hati dalam menjalankan
mobilnya. Alih-alih injak gas penuh, Kimi Raikkonen dkk mungkin akan memilih
bermain aman.
Penggemar fanatik olahraga otomotif mungkin akan kecewa melihat spesifikasi teknis tahun depan. Bagaimanapun juga, V6 1,6 liter bukan angka yang sama sekali fantastis untuk F1, terlebih jika dibandingkan dengan mesin monster delapan silinder dengn kompressor yang digunakan beberapa musim balapan terakhir.
Penggemar fanatik olahraga otomotif mungkin akan kecewa melihat spesifikasi teknis tahun depan. Bagaimanapun juga, V6 1,6 liter bukan angka yang sama sekali fantastis untuk F1, terlebih jika dibandingkan dengan mesin monster delapan silinder dengn kompressor yang digunakan beberapa musim balapan terakhir.
Bukan
rahasia umum sejak empat tahun terakhir FIA berusaha membuat F1 menjadi lebih
hijau. Revolusi yang dimulai dengan KERS itu dilanjutkan dengan membatasi
konsumsi bahan bakar dari 150 menjadi 100 kg dan kecepatan rotasi mesin menjadi
cuma 15.000 rpm untuk musim depan.
Namun
Renault, sebagai satu dari tiga penyuplai mesin utama Formula 1 bersama
Mercedes dan Ferrari, menjamin kekhawatiran itu tidak akan menjadi nyata.
“Dari
segi antusiasme penonton, saya rasa balapan ini akan berbeda tetapi tetap akan
menarik. Di sirkuit dimana bahan bakar Anda dibatasi, jika Anda menginjak gas
penuh secara terus-menerus, maka Anda tidak akan sampai di garis finish,” ujar
direktur teknik Renault, Naoki Tokunaga, seperti dilansir Autosport.
“Karena
Anda harus menghemat bahan bakar, itu berarti akan ada perbedaan rata-rata
antara daya yang digunakan sepanjang balapan dengan daya maksimal yang bisa
digunakan. Tetapi itu juga berarti jika Anda membutuhkannya, daya maksimal
tetap bisa digunakan kapanpun. Jadi kalau Anda ingin menggunakannya untuk
menyalip mobil lain, Anda masih bisa.”
“Dan
setelahnya, Anda harus melakukan penyesuaian untuk bahan bakar yang terpakai
melebihi rata-rata itu. Itu artinya akan butuh strategi yang lebih bervariasi,”
Tokunaga menjelaskan.
Diprediksi
kacau di fase adaptasi
Sementara
itu, pebalap legendaris Formula 1, Alain Prost, menyoroti perubahan mesin ini
secara keseluruhan. Perubahan ini cukup radikal karena selain membatasi
kapasitas dan mengurangi jumlah silinder, mesin musim depan juga akan
menggunakan piranti seperti turbocharger untuk menambah daya
mesin serta Sistem Pemulihan Energi (Energy Recovery System/ERS).
ERS akan
menjadi salah satu pemasok daya utama mobil. Alat ini akan menyerap energi yang
terbuang, diantaranya dari panas yang dihasilkan turbocharger serta
energi kinetik yang muncul saat pengereman, menyimpan dan mengubahnya menjadi
daya mesin.
Para
teknisi, insinyur dan pebalap di tim akan butuh waktu untuk memahami cara kerja
piranti tersebut dan bagaimana dampaknya terhadap piranti lain yang lebih dulu
ada di mobil.
“Saya bisa bilang, kita pasti akan mengalami masalah daya tahan, terutama di awalnya,” kata Prost seperti dilansir Autosport. “Kita lihat saja apakah masalah itu hanya muncul saat uji coba di musim dingin atau lebih lama, tetapi untuk saat ini tak ada yang tahu.”
“Tetapi
ini adalah hal yang bagus karena ini adalah awal teknologi baru, seperti yang
pernah kami alami dengan teknologi turbo (1970an dan 80an). Kita semua harus
menerima bahwa terkadang masalah memang muncul,” pengoleksi empat gelar juara
dunia itu menambahkan. Ya, turbocharger memang bukan barang baru.
Dulu sempat digunakan namun
sekarang tidak lagi.Prost membalap di masa transisi antara era dengan turbo dan
tanpa turbo.
“Masalah juga akan muncul dari piranti elektronik, kabel-kabel, dan sistem-sistem yang lain. Bahkan meskipun hal itu dapat diatasi, Anda juga mengalami masalah integrasi antara mobil dengan aspek lain seperti temperatur dan getaran,” pebalap asal Prancis itu menjelaskan.
“Publik akan memahami bahwa ini adalah teknologi baru yang belum punya daya tahan tinggi, tetapi perlahan mereka akan melihat peningkatan dari segi performa, daya tahan, konsumsi bahan bakar.”
“Ini bagus untuk industri otomotif dan untuk tiga, atau mungkin empat konstruktor (termasuk Honda, yang akan tampil di 2015) yang berpartisipasi,” Prost mengakhiri.
0 komentar:
Posting Komentar