Bangladesh adalah
salah satu negara yang melegalkan prostitusi, bersama dengan negara lain
seperti Belanda dan Jepang. Bisnis prostitusi tumbuh subur di Bangladesh.
Lokalisasi dapat dengan mudah dijumpai dan dikunjungi. Namun, berbeda dengan
Belanda dan Jepang yang membuat peraturan ketat demi melindungi para pekerja di
bidang prostitusi, pemerintah Bangladesh tidak memberikan jaminan ataupun
perlindungan bagi para pekerja seks di negaranya.
Banyak lokalisasi
kumuh yang dihuni oleh PSK berusia remaja. Rata-rata dari mereka dijual secara
sukarela oleh orang tuanya sendiri demi memenuhi kebutuhan hidup yang kian
mencekik. Kehidupan mereka sungguh jauh dari kata layak, ditambah dengan resiko
penularan penyakit yang mengincar mereka kapan saja.
Dikutip dari
Washington Post, berikut adalah 4 fakta menyedihkan kehidupan PSK remaja di
Bangladesh.
Remaja
perempuan dijual murah oleh orang tuanya untuk menjadi pekerja seks
Daerah yang
menjadi pusat lokalisasi terbesar terletak di Kandapara, Tangail. Karena angka
kemiskinan yang terus meningkat, orang tua yang menjual anak gadis ke mucikari
sudah menjadi hal yang wajar di daerah tersebut. Mirisnya lagi, rata-rata anak
gadis dijual dengan harga yang sangat murah, yaitu sekitar 2o ribu Taka atau
sekitar 2 juta rupiah.
PSK harus hidup
serba terbatas setelah bekerja.
Setelah dijual,
gadis-gadis tersebut harus menghabiskan kurang lebih hingga setengah masa
hidupnya sebagai PSK. Mereka wajib menyerahkan seluruh penghasilannnya pada
mucikari dan tak diijinkan memegang uangnya sendiri. Belum lagi mereka harus
bersaing dengan PSK lain untuk menarik pelanggan. Dapat berkumpul dengan
keluarga dan menjalani kehidupan yang normal pun tinggal impian belaka.
Para PSK rutin
meminum obat penggemuk sapi untuk menarik pelanggan
Karena
sebagaian besar PSK masih berusia sekitar 10-16 tahun, secara hukum mereka
belum memenuhi syarat untuk menjalani profesi tersebut. Untuk mengakalinya,
mereka biasanya rutin meminum obat steroid, yang umum digunakan untuk
menggemukan sapi. Hal ini dilakukan untuk 'memanupilasi' umur mereka agar
terlihat lebih tua dari usianya. Selain itu, wanita dengan tubuh gemuk
cenderung dianggap lebih cantik di negara tersebut. Dosis yang mereka minum pun
tak tanggung-tanggung, bisa mencapai 15 butir per harinya. Padahal, obat
tersebut tak baik untuk kesehatan dan dapat menyebabkan kerusakan organ.
Banyak PSK
'terjebak' di lokalisasi sepanjang hidupnya
Walau berprofesi
sebagai PSK, mereka tetaplah seorang wanita yang memiliki impian untuk menikah.
Ironisnya, setelah menikah mereka terpaksa harus meneruskan profesinya sebagai
wanita penghibur. Banyak PSK yang telah berkeluarga tetap tinggal di lokalisasi
bersama anak-anaknya. Mereka mengaku terpaksa bertahan untuk menabung demi masa
depan sang buah hati.
Menjalani
kehidupan sebagai pekerja seks tentu bukanlah sesuatu yang layak diimpikan.
Walau demikian, di balik stigma negatif yang melekat pada profesi tersebut, ada
sisi lain yang patut menjadi cerminan mengenai kerasnya kehidupan dan semangat
tanpa henti untuk menjalaninya. Semoga dapat menambah wawasan baru dan
bermanfaat untuk Anda ya.
0 komentar:
Posting Komentar